Wednesday, November 24, 2010

ANALISIS EFISIENSI BIAYA PADA BANK UMUM SYARIAH DI NDONESIA MENGGUNAKAN XEFISIENSI

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh :
Nama : MAISYAROH SULISTYONINGSIH
NIM : 3352401050
Prodi : MANAJEMEN – S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini perbankan di Indonesia dihadapkan pada tingkat
persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu lembaga perbankan perlu
meningkatkan kinerja untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau
memenangkan persaingan dalam era globalisasi. Pelaku bisnis harus selalu
siap menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat. Selain itu
usaha perbankan juga dihadapkan pada berbagai macam risiko dalam
menjalankan operasinya. Menurut Siamat (1993) dalam Kuncoro (2002)
Risiko yang dihadapi bank antara lain sebagai berikut : (1) Risiko kredit,
merupakan risiko kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan
jumlah pinjaman yang telah diterima dari bank beserta bunganya sesuai
jangka waktu yang telah ditentukan; (2) Risiko investasi, berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian akibat penurunan nilai pokok dari
portofolio surat-surat berharga. Penurunan nilai surat-surat berharga tersebut
bergerak berlawanan arah dengan tingkat bunga umum. Oleh karena itu
dalam situasi tingkat suku bunga yang berfluktuasi bank akan menghadapi
kemungkinan risiko perubahan harga pasar atas portofolio investasinya; (3)
Risiko operasional, merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha
bank. Risiko operasional kemungkinan berasal dari kerugian operasional
bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya
2
operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan
produk-produk yang ditawarkan; (4) Risiko penyelewengan, berkaitan
dengan kerugian yang dapat terjadi akibat hal-hal seperti ketidakjujuran,
penipuan, atau moral hazard dari pelaku bisnis perbankan baik pejabat,
karyawan, atau nasabah.
Untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut maka perbankan perlu
bertindak rasional dalam arti lebih memperhatikan masalah efisiensi. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan dengan beberapa alasan: Pertama, setiap
perusahaan perlu mengetahui struktur biaya opersional mereka agar dapat
menggali sumber daya yang ada secara lebih efektif dan efisien dalam
menjalankan peran sebagai lembaga intermediasi. Kedua, dunia perbankan
saat ini dihadapkan pada kompetisi yang bertambah ketat. Pengaruh era
globalisasi dan abad informasi berdampak pada meningkatnya semangat
deregulasi dan anti proteksi (Siswadi dan Arafat, 2004 : 164). Karena itu alat
analisis yang tepat penting untuk mengetahui struktur biaya operasional
bank guna menghadapi tantangan yang dihadapi.
Bank yang kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan
ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun
dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan
sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan
terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang
optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif,
peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan
3
yang meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Efisiensi dalam dunia
perbankan merupakan salah satu cara ukuran untuk menilai kinerja bank.
Kinerja perbankan adalah hasil yang dicapai suatu bank dalam
mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan Siswanto, 1998). Salah
satu cara ukuran untuk menilai kinerja bank yaitu dengan efisiensi. Efisiensi
akan lebih jelas jika dikaitkan dengan konsep perbandingan output-input.
Output merupakan hasil atau keluaran suatu organisasi dan input merupakan
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Efisiensi
adalah kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang
ada.
Setiap organisasi mutlak perlu memegang prinsip efisiensi. Secara
sederhana prinsip efisiensi pada dasarnya berarti menghindari segala bentuk
pemborosan. Mengingat kenyataan bahwa kemampuan suatu organisasi
mengadakan dan memiliki sarana dan prasarana kerja yang juga disebut
sebagai sumber dana dan daya yang diperlukannya guna menjalankan roda
organisasi selalu terbatas, padahal tujuan yang ingin dicapai tidak terbatas,
maka tidak pernah ada pembenaran untuk membiarkan pemborosan terjadi.
Salah satu penyebab inefisiensi, antara lain diakibatkan oleh alokasi input
yang kurang sempurna pada kegiatan operaisonalisasi perbankan. Semakin
efisien suatu bank maka kinerjanya semakin baik, sebaliknya bank yang
mempunyai tingkat inefisiensi yang tinggi pada input dan outputnya,
kinerjanya semakin menurun.
4
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa efisiensi dalam bank
sangat penting sebagai ukuran kinerja bank. Selama ini penelitian mengenai
efisiensi lebih banyak dikonsentrasikan pada lingkungan perbankan
konvensional dan tidak banyak penelitian mengenai tingkat efisiensi dari
bank Islam. Karena itulah penelitian ini lebih memfokuskan pada
pengukuran tingkat efisiensi bank Islam yaitu pengukuran tingkat efisiensi
pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Perbankan syariah muncul di Indonesia tahun 1992 yang merupakan
hal baru dalam kerangka mekanisme sistem perbankan pada umumnya.
Perbankan syariah lahir sebagai alternatif sistem perbankan guna memenuhi
harapan yang menginginkan sistem keuangan syariah, yaitu bank yang
menerapkan prinsip bagi hasil yang bebas dari riba (bunga). Karakteristik
inilah yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional.
Perkembangan perbankan syariah saat ini dan ke depan diperkirakan akan
memiliki produk dan jasa perbankan yang semakin beragam dan kompleks,
sehingga risiko yang dihadapi juga meningkat. Sejak bank Islam beroperasi
di lingkungan yang sama dengan bank konvensional, mereka juga
mempunyai pesaing yang sama. Dengan penerapan efisiensi yang benar
akan sangat berharga dalam membantu manajemen bank Islam. Kondisi
inilah yang mendorong dilakukannya analisis efisiensi agar tercipta kinerja
yang sehat.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian Amrizal Amir pada Bank
Islam Malaysia Berhad yang berjudul X-Efficiency of Bank Islam Malaysia
5
Berhad (BIMB) : A Preliminary Study. Dimana penelitian tingkat efisiensi
didasarkan pada pendekatan cost frontier untuk mengevaluasi kinerja bank
Islam. Satu variabel output (investasi) dan tiga variabel input (modal, tenaga
kerja dan deposito) digunakan dalam mengukur X-Efisiensi BIMB. Dalam
cost frontier suatu bank dikatakan efisien apabila memiliki angka mendekati
1 atau 100 persen sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank
semakin rendah.
Dalam pengukuran efisiensi di Bank Umum Syariah di Indonesia
menggunakan X-Efisiensi membutuhkan suatu pendugaan fungsi biaya
sebagai frontier untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu bank. Sebelum
menentukan fungsi biaya yang digunakan, input dan output dari bank harus
ditentukan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini penentuan input dan output
dari suatu bank menggunakan asset approach. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Radam (2002) menunjukkan bahwa variabel aset bank
merupakan faktor utama terjadinya inefisiensi, sehingga bank-bank perlu
merubah atau memperbaiki menajemen asetnya (Susilowati, 2002 : 99).
Dalam penelitian ini efisiensi akan diwakili oleh variabel input : tenaga kerja
dan modal, dan variabel output yaitu investasi.
Salah satu pengelolaan paling penting dalam dunia perbankan adalah
pengelolaan sumber daya manusianya (SDM). Hal ini disebabkan SDM
merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan operasional
suatu bank. Jadi bisa dikatakan tenaga kerja merupakan suatu asset
perusahaan.
6
Dalam menghadapi tantangan-tantangan dibutuhkan efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas serta kualitas yang tinggi, maka untuk itu
diperlukan manusia-manusia yang mampu melaksanakan tugas dan kegiatan
sebagaimana yang diinginkan perusahaan (Soehardjo, 1998:40). Secara
umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan (Al-An’am : 56). Salah satu
esensi didirikannya bank syariah adalah memajukan kesejahteraan manusia
yang terletak pada jaminan atas keyakinan, masa depan dan harta milik.
Kesejahteraan disini tidak hanya ditujukan untuk kesejahteraan investor
semata tetapi juga tenaga kerja didalamnya.
Pertumbuhan industri bank syariah di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat yaitu sejak dikeluarkannya UU No. 10 tahun
1998 tentang Perbankan, yang ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya SK
Direksi Bank Indonesia NO. 32/34/KEP/DIR/ tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, peraturan ini dimaksudkan untuk
mendorong perluasan jaringan kantor. Berdasarkan statistik Perbankan
Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, jika pada tahun 2000
jumlah kantor operasional yang berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas hanya 62 kantor, maka pada akhir Januari 2004
telah membengkak menjadi 443 Kantor. Perkembangan Perbankan Syariah
yang demikian cepatnya tentunya sangat membutuhkan sumber daya insani
yang memadai dan mempunyai kompetensi dalam bidang perbankan syariah
agar pengembangan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan optimal.
7
Semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula tenaga
kerja yang dibutuhkan. Biaya tenaga kerja mempunyai proporsi terbesar
dalam biaya, karena itu perusahaan harus meneliti dengan seksama agar
tidak terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan tenaga kerja. Mengingat
faktor manusia itu mutlak harus ada dalam perusahaan, bahkan merupakan
faktor yang terpenting melebihi faktor-faktor lainnya, maka sudah
selayaknya kalau faktor ini mendapatkan perhatian yang lebih dalam
manajemennya, agar mereka melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya dengan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas,
efektivitas, efisiensi dan prestasinya.
Modal bank adalah aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Modal
merupakan bagian dari dana yang dapat digunakan bank dalam aktivitas
kesehariannya. Kebalikan dari sistem konvensional yang memberikan bunga
atas harta, Islam malah menjadikan capital sebagai objek zakat. Zakat
dikenakan terhadap berbagai macam modal yang telah terkumpul sebagai
suatu kelebihan pada akhir periode. Zakat perusahaan disamakan dengan
zakat perdagangan baik nishabnya maupun persentase zakatnya. Adapun
yang menjadi landasan wajib zakat pada perusahaan adalah nash-nash Al-
Quar’an yang bersifat umum seperti termaktub dalam QS. At Taubah : 103
dan QS. Al Baqoroh : 267 yang mewajibkan setiap harta dan hasil usaha
untuk dikeluarkan zakatnya.
Operasi perusahaan yang efisien akan mempengaruhi jumlah laba yang
dihasilkan dan berapa besarnya zakat yang akan ditunaikan. Efisiensi
8
perusahaan juga akan menunjukkan kinerja usaha perusahaan. Menurut
Triyuwono dalam Muhamad (2002 : 141) melalui zakat dapat diketahui
kinerja perusahaan yaitu semakin tinggi zakat yang dikeluarkan oleh
perusahaan berarti semakin besar laba yang didapat perusahaan.
Bank merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
yang memerlukan dana (defisit unit) serta berbagai lembaga yang
memperlancar lalu lintas pembayaran. Dari fungsi yang ada dapat dikatakan
bahwa dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan. Oleh karena itu untuk menjaga kepercayaan tersebut, manajemen
bank perlu meningkatkan kinerjanya untuk menjaga tingkat kesehatan bank
(Indira Januarti, 2002). Dengan kata lain fungsi intermediasi dari bank
penting untuk diteliti.
Pada tahun 2004 kinerja perbankan syariah akan tergantung pada
fungsi investasi yaitu pemberian pembiayaan kepada nasabah. Namun, harus
diakui bahwa bank-bank syariah, seperti halnya bank konvensional lainnya,
tidak mudah mencari nasabah yang potensial. Apalagi pasar yang dibidik
oleh bank syariah hampir sama dengan bank konvensional, terutama yang
bergerak di pasar ritel. Untuk itu, bank-bank syariah harus lebih
mempercepat distribusi kredit dengan kualitas yang baik. Hal ini mengingat
pembiayaan merupakan fungsi bank dalam menjalankan fungsi penggunaan
dana. Dalam kaitan dengan perbankan maka ini merupakan fungsi yang
terpenting. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank
9
diharapkan dapat mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan
(Yield On Financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank
(Muhamad, 2000 : 238). Berapa output yang dihasilkan bisa dilihat dari
besarnya investasi (dalam hal ini pembiayaan) yang diberikan. Semakin
besar investasi maka akan semakin besar pula pendapatan (bagi hasil) yang
akan diperoleh (Muhamad, 2000 : 238). Karena pembiayaan merupakan
fungsi investasi terbesar maka bank syariah perlu berhati-hati dalam
penyaluran pembiayaan.
Suatu perusahaan menghasilkan output maksimum atas dasar
kombinasi sumber daya (input) yang digunakan. Karena itu pengalokasian
input yang benar sangat diperlukan untuk menghasilkan output yang
maksimum.
Beberapa penelitian terdahulu tentang pengukuran efisiensi dengan
pendekatan X-Efisiensi juga telah dilakukan diantaranya oleh Sathye (2000)
dalam Amrizal (2004), meneliti 29 bank di Australia, dan menyatakan
bahwa bank-bank di Australia di bawah level efisiensi. Sebelumnya
penelitian mengenai X-Efisiensi pada Bank Islam di pelopori oleh
Abd.Elrman Elzahi Saaid (2002) dalam Amrizal (2004), meneliti bank Islam
di Sudan dan menemukan bahwa X-Efisiensi di bank-bank Sudan kurang
dari 1 atau 100%, menunjukkan tidak optimal dalam penggunaan input.
Penelitian yang dilakukan Yudistira (2003) adalah untuk mengetahui
tingkat efisiensi pada bank Islam dengan melakukan analisis empirik
terhadap 18 bank berbeda yang tersebar di seluruh dunia. Penelitian ini
10
menggunakan tiga buah input yaitu biaya tenaga kerja, asset tetap, dan total
simpanan. Serta tiga buah output yaitu total kredit, pendapatan operasional
lain, dan asset likuid. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat inefisien
pada islam tergolong rendah yaitu sekitar 10 persen jika dibandingkan
dengan bank-bank konvensional. Pada tahun 1998 – 1999 kinerja bank islam
terkena imbas krisis global tetapi kemudian setelah masa sulit tersebut
kinerja bank islam berjalan sangat baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Hassan (2003) adalah untuk meneliti
efisiensi pada industri perbankan Islam di Pakistan, Iran, dan Sudan selama
tahun 1994 – 2001. Dua variabel output (total pinjaman, total pendapatan
asset) dan tiga variabel input (total deposito, tenaga kerja dan asset tetap)
digunakan untuk mengukur efisiensi Perbankan Islam di Pakistan, Iran dan
Sudan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa rata-rata indutri perbankan
Islam secara relatif kurang efisien dibandingkan bank konvensional.
Penelitian yang dilakukan Goldberg dan Hannan (1993) dalam
Johnson (2003) mengkaitkan efisiensi dengan performance. Mereka
memasukkan X-Efficiency, scale efficiency, konsentrasi bidang usaha dan
pangsa pasar, dan variable kontrol yaitu error prediction (kesalahan prediksi)
dihadapkan dengan serangkaian ukuran kinerja perbankan. X-efficiency
mencerminkan hubungan (rasio) antara output atau dana dicairkan dengan
biaya yang ditanggung bank atau biaya operasi. Sedangkan scale fficiency
dinyatakan dengan skala ekonomis yaitu seberapa besar dana yang
disalurkan dari total dana yang dimiliki.
11
Merujuk pada hasil penelitian yang telah ada mengenai pengukuran XEfisiensi
menggunakan model cost frontier dengan berbagai variabel input
dan output yang berbeda, maka peneliti ingin meneliti kembali mengenai
pengukuran X-Efisiensi, khususnya pada bank Islam di Indonesia.
Penelitian ini berusaha untuk meneliti lebih lanjut permasalahanpermasalahan
yang dihadapi oleh dunia perbankan, khususnya permasalahan
kinerja pada Bank Umum Syariah di Indonesia, sekaligus sebagai alternatif
lain dalam pengukuran tingkat efisiensi yang telah ada. Melalui penelitian
ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang dapat menjawab
permasalahan di atas dan dapat diperoleh gambaran bagaimana cara
pemecahan masalah tersebut di atas.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik
permasalahan yang timbul sebagai berikut :
”Apakah perhitungan X-Efisiensi dengan model dasar cost frontier yang
digunakan cocok untuk diterapkan dalam perhitungan tingkat efisiensi biaya
pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, di mana untuk mengetahui :
1. Sejauh mana tingkat efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Adakah pengaruh antara harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta
kombinasinya terhadap total biaya secara simultan pada Bank Umum
Syariah di Indonesia?
12
3. Adakah pengaruh antara harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta
kombinasinya terhadap total biaya secara parsial pada Bank Umum
Syariah di Indonesia?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan kenyataan yang terjadi di atas, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah :
”Untuk mengetahui apakah perhitungan X-Efisiensi dengan model dasar
cost frontier yang digunakan cocok untuk diterapkan dalam perhitungan
tingkat efisiensi biaya pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, di mana :
1. Untuk menganalisis sejauh mana tingkat efisiensi pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh antara harga tenaga kerja,
harga modal, investasi serta kombinasinya terhadap total biaya secara
simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh antara harga tenaga kerja,
harga modal, investasi serta kombinasinya terhadap total biaya secara
parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dengan diadakannya penelitian ini penulis mempunyai harapan akan
diperolehnya manfaat sebagai berikut :
13
1 Dari segi akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah Ilmu Pengetahuan di bidang ekonomi khususnya tentang
kinerja perbankan syariah dan dapat memberikan informasi bagi
kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut.
4. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
bahan masukan kepada perbankan syariah untuk mengidentifikasi
penyebab-penyebab ketidakefisienan sehingga dapat dibuat kebijakankebijakan
yang mengarah pada langkah-langkah untuk mencegah
ketidakefisienan agar tercipta kinerja yang sehat.
1.5 SISTEMATIKA SKRIPSI
Gambaran singkat tentang isi keseluruhan skripsi yang akan peneliti
buat adalah sebagai berikut :
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian ini berisi tentang sampul, lembar berlogo, halaman judul,
abstrak, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar grafik, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
skripsi.
BAB II : Landasan Teori
14
Menjelaskan tentang landasan teori yang dikemukakan
yaitu: pengertian bank, peran dan fungsi bank syariah,
efisiensi, kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian
Dalam metode penelitian, penulis akan menjelaskan
tentang obyek penelitian, variabel penelitian, metode
pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saransaran
yang relevan.
3. Bagian Akhir skripsi
Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bank
Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1, pengertian
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Sedang pengertian Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau “berdasarkan
prinsip usaha syariah” yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada
pasal 1 butir 13 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
adalah sebagai berikut :
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau
dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa itiqna).
16
2.2 Peran dan Fungsi Bank Syariah
2.2.1 Peran bank Syariah
Bank syariah turut berperan dalam menunjang pembangunan
ekonomi bangsa Indonesia, terutama melalui upaya peningkatan peranan
pengusaha muslim dalam perekonomian nasional dan bertindak sebagai
katalisator sebagai pengembangan lembaga-lembaga keuangan syariah di
Indonesia.
2.2.2 Fungsi Bank Syariah
Apabila selama ini dikenal fungsi bank konvensional adalah
sebagai intermediary (penghubung) antara pihak yang kelebihan dana dan
membutuhkan dana selain menjalankan fungsi jasa keuangan, maka dalam
Bank Syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional.
Fungsi Bank syariah yaitu manajer investasi, Investor, Jasa Keuangan dan
sosial. Fungsi-fungsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1 Manajer Investasi
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai
manajer Investasi, maksudnya adalah bahwa bank syariah tersebut
merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena
besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik
dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian,
dan profesionalisme dari bank syariah. Fungsi ini tidak banyak
diketahui, dimengerti dan dipahami oleh para banker yang bekerja di
bank syariah (bukan bankir syariah), yang kebanyakan masih
17
mempergunakan paradigma pola kerja bank konvensional. Penyaluran
dana yang dilakukan oleh bank syariah yang diharapkan mendapatkan
hasil, mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana. Jika
investasi yang dilakukan oleh bank syariah mengalami pembayaran
yang tidak lancar bahkan sampai macet, dapat mengakibatkan
pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima oleh
pemilik dana yang dihimpun menjadi kecil pula. Besarnya dana atau
investasi yang dilakukan oleh bank syariah bukanlah otomatis
pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang
dihimpun.
Bank-bank Islam biasa melakukan fungsi ini berdasarkan kontrak
Mudharabah atau sebuah ‘agency contract’. Menurut akad
Mudharabah, bank (di dalam kapasitasnya sebagai seorang Mudharib
yaitu seseorang yang melakukan investasi dana-dana pihak-pihak lain)
hanya menerima bagian keuntungan. Tetapi, jika terjadi kerugian maka
bank tidak berhak memperoleh imbalan atas usaha-nya dan kerugian
dibebankan kepada penyedia dana (rabul mal). Menurut agency
contract, bank menerima satu jumlah sekaligus (lump sum) atau
persentase dari jumlah dana yang diinvestasikan tanpa memperhatikan
apakah diperoleh keuntungan atau tidak. Fungsi ini dapt dilihat dari
segi penghimpunan dana, khususnya dana mudharabah dimana bank
bertindak sebagai manajer investasi, dalam arti dana tersebut harus
dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang
18
dihimpun tersebut harus dapat menghasilkan bagi pemilik dana.
Bahkan bank syariah tidak sepatutnya menghimpun dana mudharabah,
apabila tidak dapat menyalurkan dana tersebut pada hal yang produktif
karena hasil yang akan diperoleh akan tetap dan dibagikan kepada
pemilik dana yang lebih banyak, sehingga hal tersebut jelas akan
merugikan pemilik dana yang sudah ada.
2 Investor
Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang disimpan pada bank
tersebut (dana pemilik bank maupun dana rekening investasinya) dengan
jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang
sesuai dengan syariah tersebut meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa
(leasing), musyarakah, akad mudharabah, akad Salam atau Istisna’,
pembentukan perusahaan atau akuisisi pengendalian atau kepentingan
lain dalam rangka mendirikan perusahaan, memperdagangkan produk,
dan investasi atau memperdagangkan saham yang dapat
diperjualbelikan. Keuntungan dibagikan kepada pihak yang memberikan
dana, setelah bank menerima bagian keuntungan mudharibnya yang
sudah disepakati sebelum pelaksanaan akad antara pemilik rekening
investasi dan bank, sebelum pelaksanaan akad. Fungsi ini dapat dilihat
dalan hal penyaluran dana yang dilakukan dengan mempergunakan
prinsip jual beli maupun dengan menggunakan prinsip bagi hasil sendiri.
19
3 Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda
dengan bank non syariah, seperti misalnya memberikan layanan kliring,
transfer, inkaso, pembayaran gaji dan sebagainya, hanya saja yang
sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah yang tidak boleh
dilanggar. Bank-bank Islam juga menawarkan berbagai jasa-jasa
keuangan lainnya untuk memperoleh imbalan atas dasar agency contract
atau sewa. Contohnya meliputi Letter of Guarantee, wire transfer, Letter
of Credit, dan lain-lain.
4 Fungsi Sosial
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Islam
memberikan pelayanan social apakah melalui dana Qard (pinjaman
kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam. Disamping itu, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bankbank
Islam untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan
sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan
sosial. Fungsi ini juga yang membedakan fungsi bank syariah dengan
bank konvensional, walaupun hal ini ada dalam bank konvensional
biasanya dilakukan oleh individu-individu yang mempunyai perhatian
dengan hal sosial tersebut, tetapi dalam bank syariah fungsi social
merupakan salah satu fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsifungsi
yang lain. Fungsi ini merupakan bagian dari sistem. Bank syariah
harus memegang amanah dalam menerima ZIS (Zakat, Infak dan
20
Sodaqoh) atau qardhul hasan dan menyalurkan kepada pihak-pihak yang
berhak untuk menerimanya dan atas semua itu haruslah dibuatkan
laporan sebagai pertanggungjawaban dalam pemegang amanah tersebut.
Selain hal tersebut ada transaksi dari bank syariah yang
mengandung unsur social atau tolong menolong, sebagai contoh
transaksi qardh dimana bank syariah meminjamkan uang tanpa imbalan
apapun, dan transaksi Salam dimana penyerahan barang dilakukan di
belakang sedangkan pembayaran harus dlakukan dimuka pada saat akad.
Apabila mempergunakan paradigma bank konvensional, yang
memperdagangkan uang, maka sangatlah rugi memberikan uang tanpa
imbalan apapun dan memberikan uang yang belum ada barangnya.
Jelaslah bahwa fungsi dan metode yang digunakan oleh bank-bank
Islam dalam melakukan bisnis berbeda secara signifikan dari fungsi dan
metode yang digunakan oleh bank-bank konvensional.
2.3 Efisiensi Bank Syariah
Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya.
Efisiensi berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan
lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva
tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi
karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen.
Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka
21
akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat
maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha.
Menurut Berger (1993) dalam Kuncoro (2002), jika terjadi
perubahan struktur keuangan yang cepat maka penting
mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan bank yang efisien
diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang optimal, dana pinjaman
yang lebih baik dan kualitas servis yang lebih baik pada nasabah.
Peter Drucker (1974) dalam Johnson (2003) menyatakan bahwa
”Efficiency is about doing the things right” yang berarti bahwa semua
pekerjaan harus dilakukan dengan cara yang tepat agar memperoleh hasil
output yang maksimal. Efektifitas adalah dasar dari kesuksesan dan
efisiensi merupakan kondisis minimum untuk bertahan setelah kesuksesan
dicapai. Efisiensi juga merupakan hasil dari program-program bisnis yang
dijalankan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan jumlah dengan jumlah
sumber daya yang digunakan untuk program-program bisnis tersebut.
Dalam Teguh Pujo Mulyono (1999) Efisiensi dalam dunia
perbankan mencakup penilaian efisiensi usaha dan efisiensi biaya.
Efisiensi usaha mencerminkan bagaimana aktivitas yang dilaksanakan
mampu menghasilkan kredit dan jasa sesuai dengan target, sedangkan
efisiensi biaya mencerminkan seberapa besar diperlukan pengeluaran
biaya untuk melaksanakan kegiatan yang ditentukan.
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran
(output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan
22
dari satu input yang dipergunakan. Menurut Syafaroedin Sabar (1989)
dalam Permono (2000) suatu perusahaan dapat dikatakan efisien apabila :
(1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandinglan
jumlah unit input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan jumlah output yang sama, (2) Menggunakan jumlah
menurut unit input yang sama, tetapi dapat menghasilkan jumlah output
yang lebih besar.
2.3.1 Tenaga Kerja
Salah satu pengelolaan paling penting dalam dunia perbankan
adalah pengelolaan sumber daya manusianya (SDM). Hal ini disebabkan
SDM merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan
operasional suatu bank. Jadi bisa dikatakan tenaga kerja merupakan suatu
asset perusahaan. Karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan
tidak akan terjadi. Tenaga kerja berperan aktif dalam menetapkan rencana,
sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai (Hasibuan, 2003 : 12).
Biaya tenaga kerja merupakan salah satu indikator dalam
pengukuran efisiensi. Penelitian yang dilakukan Hassan (2003) pada bank
Islam di Pakistan, Iran, dan Sudan memasukkan biaya tenaga kerja sebagai
faktor input dalam penelitiannya. Amir (2004) melakukan penelitian dalam
Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), memasukkan harga tenaga kerja
sebagai input dan hasilnya BIMB kurang optimal dalam pengalokasian
input tenaga kerja. Yudhistira (2003) dalam penelitiannya pada 18 bank
23
Islam memasukkan biaya tenaga kerja sebagai faktor input, hasilnya
tingkat efisiensi bank Islam tergolong rendah dibandingkan dengan bank
konvensional.
Penetapan tenaga kerja sebagai faktor pengukuran input
dikarenakan dalam jangka pendek perusahaan memiliki input tetap.
Manajer harus menentukan berapa banyaknya input variabel yang perlu
dipergunakan untuk memproduksi output. Untuk membuat keputusan,
perusahaan akan memperhitungkan seberapa besar dampak penambahan
input variabel terhadap produksi total. Jika misalnya input variabelnya
tenaga kerja dan input tetapnya adalah total asset yang dimiliki. Maka
penambahan setiap tenaga kerja akan mempengaruhi penggunaan asset
dalam perusahaan.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam perusahaan bisa
diketahui dari besarnya harga tenaga kerja. Hal ini untuk mengetahui
penggunaan asset perusahaan dalam kegiatan operasional.
Harga tenaga kerja diukur dari :
Harga tenaga kerja =
Total asset
Total Biaya tenaga kerja
Semakin besarnya asset maka bank akan lebih leluasa untuk
melakukan peningkatan produksinya dibandingkan bila memiliki asset
yang kecil, selain itu bank dapat dapat lebih efisien dari segi biaya bila
bank dapat melakukan penambahan asset (Siswadi dan Arafat, 2004).
Semakin besar suatu perusahaan karena melakukan kegiatan ekspansi
maka akan semakin besar pula tenaga kerja yang dibutuhkan. Biaya tenaga
24
kerja mempunyai proporsi terbesar dalam biaya, karena itu perusahaan
harus meneliti dengan seksama agar tidak terjadi ketidakefisienan dalam
penggunaan tenaga kerja.
2.3.2 Modal
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan
dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Modal
bank adalah aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Sebab beroperasi
tidaknya atau dipercaya tidaknya suatu bank, salah satunya sangat
dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Amir (2004) pada Bank Islam
Malaysia Berhad (BIMB) memasukkan harga modal dalam pengukuran XEfisiensi,
hasilnya bahwa tingkat efisiensi pada BIMB masih berada di
bawah level optimum. Saaid (2002) pada penelitiannya di bank-bank Islam
Sudan memasukkan modal sebagai faktor input, hasilnya bank-bank di
Sudan belum efisien dalam penggunaan input.
Penetapan modal sebagai tolak ukur efisiensi berkaitan dengan
konsep kepemilikan harta dalam Islam. Konsep kepemilikan dalam Islam
mempunyai perbedaan dengan paham-paham konvensional. Al-Quran
merupakan sumber hukum Islam, secara tegas telah mengatur ketentuan
tentang kepemilikan dalam Islam. Allah merupakan pemilik mutlak atas
segala kekayaan di dunia ini dan manusia menjadi khalifah di muka bumi,
25
hal ini tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 29 yang
menyatakan bahwa :
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Baqarah :
29).
Ayat ini menekankan bahwa apa yang diciptakan oleh Allah
dimiliki secara kolektif oleh seluruh manusia. Secara hukum hak milik
individu adalah hak untuk memiliki, menikmati, dan memindah tangankan
kekayaan yang diakui dan dipelihara dalam Islam, tetapi mereka
mempunyai kewajiban moral untuk menyedekahkan hartanya, karena
kekayaannya itu juga merupakan hak dari sebagian masyarakat. Al-Qur’an
Surat Adz Dzariyaat ayat 19 dengan jelas menyebutkan bahwa :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagiaan (QS. Adz-
Dzariyaat : 19).
Menurut Mannan (1997:65) dalam Triyuwono (2004:47)
menyatakan ada delapan ketentuan syari’at Islam yang mengatur tentang
prinsip kepemilikan dalam Islam. Adapun kedelapan syari’at tersebut
meliputi : : pemanfaatan kekayaan, pembayaran zakat, penggunaan yang
berfaedah, penggunaan yang tidak berfaedah, penggunaan yang tidak
merugikan, pemilikan yang sah, penggunaan berimbang, pemanfaatan
sesuai dengan hak, dan kepentingan kehidupan.
26
Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut dapat diketahui
bahwa konsep kepemilikan aktiva atau sumber daya Islam terletak pada
perintah etika dan moral mengenai hak kepemilikan tersebut. Perbedaan
dalam pendapatan tidak dapat dielakkan. Akan tetapi, harus terdapat
jaminan adanya distribusi kesejahteraan dari masyarakat kaya kepada yang
kurang mampu.
Dasar penilaian harta (aktiva) dalam Islam berkaitan erat dengan
mekanisme perhitungan zakat. Penilaian aktiva akan menjadi dasar
terhadap besarnya kewajiban zakat yang harus dibayarkan. Prinsip dasar
zakat adalah sebagai pendistribusian pendapatan dan kepemilikan
kekayaan (harta) kepada orang yang kurang mampu. Kebalikan dari sistem
konvensional yang memberikan bunga atas harta, Islam malah menjadikan
capital sebagai objek zakat. Zakat dikenakan terhadap berbagai macam
modal yang telah terkumpul sebagai suatu kelebihan pada akhir periode
(Triyuwono, 2004 : 49).
Organisasi bisnis Islami tidak lagi berorientasi pada laba atau
berorintasi pada pemegang saham tetapi berorientasi pada zakat. Dengan
orintasi zakat, perusahaan berusaha untuk mencapai ”angka” pembayaran
zakat yang tinggi. Dengan demikian, laba berarti tidak lagi menjadi ukuran
kinerja (performance) perusahaan, tetapi sebaliknya zakat menjadi ukuran
kinerja perusahaan.
Menurut Triyuwono dan As’udi (2004 : 87), Operasi perusahaan
yang efisien akan mempengaruhi jumlah laba yang dihasilkan dan berapa
27
besarnya zakat yang akan ditunaikan. Lebih lanjut dikatakan Triyuwono
(2004) dalam (Muhamad, 2004 : 141) melalui zakat dapat diketahui
kinerja perusahaan yaitu semakin tinggi zakat yang dikeluarkan oleh
perusahaan berarti semakin besar laba yang didapat perusahaan.
Penandingan efisiensi dengan kewajiban membayar zakat berkaitan
apabila perusahaan menetapkan sasaran untuk memaksimalkan laba maka
perusahaan itu sendiri akan berupaya untuk melakukan efisiensi sebagai
salah satu bentuk pertanggungjawaban baik kepada pemilik maupun
kepada Allah SWT (Triyuwono dan As’udi, 2004 : 88). Zakat adalah
jembatan penghubung antara aktivitas manusia yang bersifat duniawi dan
ukhrowi, karena zakat sebagai manifestasi pertanggungjawaban hamba
yang melakukan perbuatan, aktivitas bisnis yang kemudian
dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Perhitungan tingkat efsiensi untuk mengetahui besarnya pengenaan
zakat terhadap modal bisa diketahui dari harga modal, diukur dari :
Harga modal =
TotalModal
Total biaya zakat (Wealth Tax)
2.3.3 Investasi
Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko karena
berhadapan dengan unsure ketidakpastian, sehingga kembaliannya tidak
pasti dan tidak tetap. Melakukan usaha yang yang produktif dan investasi
adalah kegiatan yang sesuai dengan ajaran Islam (Rachmadi Usman, 2002
28
: 4). Sebagaimana dalam hadist nabi yang diriwayatkan oleh Muslin yang
artinya :
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berkarya baik) dalam segala
sesuatu”.
Investasi dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada
pihak lain. Setelah dana pihak ketiga (DPK) telah dikumpulkan oleh bank,
maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban
menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit
bank. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan
dapat mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on
financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Semakin
besar investasi maka akan semakin besar pula pendapatan (bagi hasil)
yang diperoleh dari pembiayaan yang disalurkan (Muhamad, 2000 : 238).
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, adalah menyediakan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu (Moh Rifai, 2002 : 12).
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, meliputi akad :
1. Al Musyarakah
29
Al Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal / expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
2. Al Mudharabah
Al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
2.4 X-Efisiensi
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah
organisasi. Perhitungan X-Efisiensi adalah menggunakan pendekatan cost
frontier.
Secara teknikal efisien jika = 1, jika efisien positif tetapi kurang dari 1,
mengimplikasikan bahwa unit produksi berada dibawah batas, atau tidak
efisien pada tingkat 100% (Kumbhakar dan Lovel, 2000) dalam Amrizal
Amir (2004). Semakin kecil nilai dari efisiensi biaya menunjukkan bahwa
bank semakin tidak efisien.
Model dasar cost frontier dapat dituliskan sebagai berikut :
Ln TC = f (yi , wi ) + e
……………………………………………..(1)
30
Dimana ln TC adalah memprediksi logaritma natural dari biaya minimum
perusahaan pada level output yi dan harga input wi, dan e adalah faktor error
(residual).
Selanjutnya translog fungsi biaya digunakan untuk mengestimasi
persamaan (1) (Abd.Elrhman Elzahi Saaid, 2000) dalam Amir (2004) :
Ln TC = α0 + Σ
i=1
α ln Y + Σ=
2
i 1
β ln Wi + ΣΣ
= −
2
1
2
2 1
1
i j
δ lnWi lnWj +
ΣΣ
=1 −
2
i j 1
μ lnW lnY + e
.......................................................................(2)
Dimana :
TC = Total biaya minimum
y = Investasi
w1 = Harga tenaga kerja
w2 = Harga modal
Dimana ln TC adalah logaritma natural dari total biaya; ln wi adalah
logaritma natural dari harga input, ln y adalah logaritma natural dari output,
dan α1, vi, δ, β, adalah koefisien untuk diestimasi.
Dengan meregresikan dependent variable dengan independent variable
yang telah ditransformasi dengan ln, koefisiens dari masing-masing
independent variable merupakan elastisitas dari masing-masing independent
variable yang bersangkutan. Selain itu, dengan meregresikan variabelvaribel
dengan mentranformasikan dulu dengan ln, secara tidak langsung
kita mengasumsikan bahwa fungsi awal dari x (misalnya fungsi biaya)
31
adalah fungsi Cobb-Douglas. Bentuk fungsi ln berikut ini, bentuk awalnya
adalah fungsi Cobb-Douglas.
Ln x = α + β1 ln Y1 + β2 ln W2
di-antilog-kan menjadi :
x = α Y1 β1
W2 β2
Fungsi biaya translog adalah sistem biaya yang akan diestimasi untuk
menentukkan apakah struktur biaya translog dapat digunakan untuk
mengestimasi biaya suatu industri perbankan.
2.4 Kerangka Berpikir
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang
ada dalam bentuk seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan siswanto, 1998). Salah satu
cara ukuran untuk menilai kinerja bank yaitu dengan efisiensi. Efisiensi
adalah kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang
ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan.
Masalah efisiensi dirasakan semakin penting pada saat ini dan di masa
mendatang karena adanya permasalahan yang mungkin timbul sebagai
akibat kompetisi usaha yang bertambah ketat, dan meningkatnya mutu
32
kehidupan yang berakibat pada meningkatnya standar kepuasan konsumen.
Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan
ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun
dalam menyerahkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan
sebagai modal usaha.
Salah satu alternatif lain yang bisa digunakan dalam pengukuran
efisiensi dunia perbankan diantaranya menggunakan X-Efisiensi. Penelitian
mengenai X-Efisiensi sebelumnya beberapa telah dilakukan, diantaranya
Satye (2000), Abd.Elrhman Elzahi Saaid (2002), M.kabir Hassan (2003)
menggunakan 2 variabel output (total pinjaman dan total pendapatan asset)
dan 3 variabel input (total deposito, tenaga kerja dan asset tetap), Amrizal
Amir (2004) menggunakan 1 variabel output (investasi) dan 3 variabel input
(tenaga kerja, modal dan deposito). Model dasar yang digunakan dalam
perhitungan X-Efisiensi adalah menggunakan cost frontier approach.
Metode ini terlebih dahulu memerlukan pendugaan dari suatu fungsi biaya.
Merujuk pada penelitian sebelumya dan adanya perbedaan penentuan
variabel inilah mendorong dilakukannya analisis lebih lanjut mengenai
pengukuran X-Efisiensi pada bank Islam.
Indikator yang digunakan untuk perhitungan tingkat efisiensi dalam
penelitian ini terdiri dari variabel input : tenaga kerja dan modal ; dan
variabel output, yaitu investasi. Adapun kerangka pemikiran di atas dapat
diperlihatkan pada gambar 1 berikut ini :
33
Gambar 1. Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 1998:67). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Kinerja
Efisiensi
X-Efisiensi
Cost Frontier
Tingkat Efisiensi
Beberapa penelitian mengenai Xefisiensi
:
1. Milind satye (2000)
Meneliti 29 bank di Australia.
2. Abd.Elrhman Elzahi Saaid (2002)
Meneliti bank-bank di Sudan.
3. M.Kabir Hassan (2003)
Meneliti Bank-bank Islam di
Pakistan, Iran, dan Sudan. 2
variabel output (total pinjaman dan
total pendapatan asset) dan 3
variabel input (total deposito,
tenaga kerja dan asset tetap)
digunakan untuk mengukur
efisiensi Perbankan Islam di
Pakistan, Iran dan Sudan.
4. Amrizal Amir (2004)
Meneliti pada Bank Islam Malaysia
Berhad (BIMB). I variabel output
(Investasi) dan 3 variabel input
(tenaga kerja, modal, dan deposito)
digunakan dalam penelitian ini.
34
”Perhitungan X-efisiensi menggunakan model dasar cost frontier yang
digunakan cocok untuk diterapkan dalam perhitungan tingkat efisiensi biaya
pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, dimana :
1 Harga tenaga kerja, harga modal dan investasi serta kombinasinya
telah mencapai tingkat efisien.
2 Harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta kombinasinya
berpengaruh terhadap total biaya secara simultan
3 Harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta kombinasinya
berpengaruh terhadap total biaya secara parsial.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu objek yang menjadi titik perhatian dalam
penelitian (Arikunto, 2003 : 99). Objek dalam penelitian ini adalah Laporan
Keuangan Triwulan Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia dan Bank syariah Mandiri periode tahun 2001 sampai dengan
2005.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan untuk menganalisis efisiensi biaya
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Input
Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat efisiensi digunakan 2
variabel
input yaitu tenaga kerja, dan modal.
Dari penentuan input didapat :
a. Harga Tenaga Kerja (W1), yang dicari dengan rumus :
Total asset
W Biaya tenaga kerja 1 =
b. Harga Modal (W2), yang dicari dengan rumus :
TotalModal
W Total biaya zakat (Wealth Tax) 2 =
36
2. Variabel Output : Investasi (Y), merupakan total pembiayaan yang
diberikan, meliputi : pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh bukan langsung dari sumbernya dan bukan diusahakan
sendiri oleh penulis atau peneliti.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Arikunto, 2003 :
206).
Data-data dalam penelitian ini merupakan data-data yang bersumber
dari Laporan Keuangan Triwulan Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri periode tahun 2001
sampai dengan 2005.
3.4 Metode Analisis Data
Agar mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
penelitian, maka diperlukan metode analisis data yang benar. Metode analisa
data pada penelitian ini adalah:
1. Analisis Ekonometri
37
Untuk menguji apakah model yang digunakan dapat diterima
secara ekonometrika dan apakah estimator yang diperoleh dengan
metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat Best Linear Unbiased
Estimation (BLUE), maka diperlukan uji asumsi klasik terhadap model
yang telah diformulasikan yang mencakup pengujian multikolinearitas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji
apakah dalam model statistik variabel-variabel penelitian
berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian normalitas data
dalam penelitian ini dapat dilihat dengan memperlihatkan
penyebaran data (titik) pada normal P- plot of regression standazzed
residual variabel independen. Dasar pengambilan keputusan:
• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini juga diuji dengan
menggunakan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar
pengambilan keputusan:
• Jika probabilitas signifikansi berada di atas ά = 0.05 maka model
regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
38
• Jika probabilitas signifikansi berada di bawah ά = 0.05 maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Model regresi yang baik adalah yang memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di
dalam model regresi dilihat dari hubungan antar variabel bebas yang
ditunjukkan oleh angka tolerance dan variance inflation factor
(VIP). Apabila angka tolerance <0,10 dan VIP >10 maka
menunjukkan adanya multikolinieritas dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model
regresi dilakukan pengujian dengan menggunakan Uji Durbin-
Watson (Uji Dw). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi berdasarkan Tabel Autokorelasi, tampak pada Tabel 1.
39
Tabel 1. Tabel Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negative
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tidak ditolak
0 < d < dl
dl ≤ d ≤ du
4 – dl < d < 4
4 – du ≤ d ≤ 4 -
dl
du < d < 4 – du
(Ghozali,2005:96)
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik Scatterplot. Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Begitu pula
40
sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2. Analisis Efisiensi Biaya
Analisis fungsi biaya yang didasarkan pada pendekatan cost
frontier dalam penelitian ini dihitung dengan metode regresi ganda.
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dan mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Untuk mengetahui pengaruh antara Harga tenaga kerja (W1), Harga
modal (W2), dan Investasi (Y) terhadap Total biaya (TC) digunakan
persamaan regresi sebagai berikut:
Ln TC = α0 + Σ
i=1
α ln Y + Σ=
2
i 1
β ln Wi + ΣΣ
= −
2
1
2
2 1
1
i j
δ ln Wi ln Wj +
ΣΣ
=1 −
2
i j 1
μ ln W ln Y + e
dimana:
TC = Variabel dependen
α = Konstanta
α, β, δ, μ = Parameter
Wi dan Y = Variabel independen
e = Faktor pengganggu
41
Dikatakan efisien apabila masing-masing parameter memiliki angka
mendekati 1 atau 100%. Sebaliknya, jika mendekati 0 menunjukkan
efisiensi yang semakin rendah.
Pembuktian hipotesis dilakukan dengan :
a. Uji Simultan (Uji F-statistik)
Uji Simultan (Uji F-statistik) digunakan untuk menguji besarnya
pengaruh dari seluruh variabel independen (harga tenaga kerja, harga
modal, dan invesatsi ) secara bersama-sama atau simultan tehadap
variabel dependen (total biaya). Pembuktian dilakukan dengan cara
membandingkan hasil dari probabilitas value. Jika probabilitas >
0,05 maka Ha ditolak dan jika probabilitas < 0,05 maka
Ha diterima.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji Parsial (Uji t-statistik) digunakan untuk menguji besarnya
pengaruh dari variabel independen (harga tenaga kerja, harga modal,
dan investasi) secara individu atau parsial tehadap variabel dependen
(Total biaya). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan
hasil dari probabilitas value. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha
ditolak dan jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah untuk mengukur seberapa jauh
kemempuan model dalammenerangkan variasi variabel dependen.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
42
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
(Ghozali,2005:83). Nilai koefisien determinasi menunjukkan
hubungan pengaruh antara dua variabel yaitu variabel independen
(harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta kombinasinya) dan
variabel dependen (total biaya) dari hasil perhitungan tertentu.
Sedangkan r² digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara
tiap variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi pada Bank
Umum Syariah di Indonesia, yang diukur dengan X-Efisiensi dengan didasarkan
pada pendekatan cost frontier. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel
input dan output. Variabel input terdiri dari tenaga kerja dan modal, sedangkan
variabel output yaitu investasi.
4.1.1 Harga Tenaga Kerja
Harga tenaga kerja diukur dari biaya tenaga kerja dibagi dengan total aset.
Hal ini untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam penggunaan aset perusahaan
dalam kegiatan operasional.
Dari data tentang harga tenaga kerja pada Bank Umum Syariah di
Indonesia pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa harga tenaga kerja tertinggi selama
periode tahun 2001-2005 dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar
0.01068 pada triwulan III tahun 2004. Sedangkan harga tenaga kerja terendah juga
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 0.0 876 pada triwulan II tahun
2005.
Data tentang harga tenaga kerja pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Syariah Mandiri untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
44
Tabel 2. Harga Tenaga Kerja
No TW/Tahun Harga tenaga Kerja Mean
BMI BSM
1 TW1.2001 0.00655 0.03502 0.02079
2 TW2.2001 0.00604 0.02861 0.01733
3 TW3.2001 0.01221 0.02704 0.01963
4 TW4.2001 0.01163 0.02654 0.01909
5 TW1.2002 0.00822 0.01138 0.0098
6 TW2.2002 0.00798 0.01553 0.01176
7 TW3.2002 0.01164 0.02201 0.52885
8 TW4.2002 0.01141 0.02319 0.0173
9 TW1.2003 0.00747 0.00637 0.00692
10 TW2.2003 0.00739 0.00946 0.00843
11 TW3.2003 0.01144 0.01466 0.01305
12 TW4.2003 0.01132 0.01732 0.01432
13 TW1.2004 0.00656 0.00473 0.00565
14 TW2.2004 0.01373 0.00777 0.0215
15 TW3.2004 0.01309 0.01068 0.01189
16 TW4.2004 0.01268 0.01222 0.0249
17 TW1.2005 0.00637 0.00447 0.00542
18 TW2.2005 0.00745 0.00876 0.01621
19 TW3.2005 0.00779 0.01449 0.01114
20 TW4.2005 0.01444 0.01475 0.02919
Tertinggi 0.01068
Terendah 0.00876
Standar Deviasi 0.49643
Sumber : Laporan Keuangan Triwulanan BMI dan BSM tahun 2001-2005
(data diolah).
4.1.2 Harga Modal
Modal bank adalah aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Modal
merupakan bagian dari dana yang dapat digunakan bank dalam aktivitas
kesehariannya. Kebalikan dari sistem konvensional yang memberikan bunga atas
harta, Islam malah menjadikan capital sebagai objek zakat. Harga modal diukur
dari total biaya zakat (wealth tax) dibagi dengan total modal (price of capital).
45
Harga modal yang ada pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri dari tahun 2001-2005 lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga Modal
No TW/Tahun Harga Modal Mean
BMI BSM
1 TW1.2001 0.00226 0.01611 0.00919
2 TW2.2001 0.00225 0.01263 0.00744
3 TW3.2001 0.0022 0.01205 0.00713
4 TW4.2001 0.00243 0.01093 0.00668
5 TW1.2002 0.00251 0.01023 0.00637
6 TW2.2002 0.00225 0.00899 0.00562
7 TW3.2002 0.00221 0.00846 0.00534
8 TW4.2002 0.00214 0.00676 0.00445
9 TW1.2003 0.00284 0.00589 0.00715
10 TW2.2003 0.00308 0.00506 0.00407
11 TW3.2003 0.00269 0.00423 0.00346
12 TW4.2003 0.00232 0.00328 0.0028
13 TW1.2004 0.00237 0.0027 0.00254
14 TW2.2004 0.00226 0.00261 0.00244
15 TW3.2004 0.00207 0.00209 0.00208
16 TW4.2004 0.00158 0.00199 0.00178
17 TW1.2005 0.00184 0.00199 0.00192
18 TW2.2005 0.00299 0.00195 0.00247
19 TW3.2005 0.0029 0.00219 0.00255
20 TW4.2005 0.00257 0.00217 0.00237
Tertinggi 0.01023
Terendah 0.00899
Standar Deviasi 0.63822
Sumber : Laporan Keuangan Triwulanan BMI dan BSM tahun 2001-
2005 (data diolah)
Dari data tentang harga modal Bank Umum Syariah periode tahun 2001-
2005 pada Tabel 3 menunjukkan bahwa harga modal tertinggi dimiliki oleh Bank
Syariah Mandiri yaitu sebesar 0.01023 pada triwulan I tahun 2002. Sedangkan
46
harga modal terendah jugu dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar
0.63822 pada triwulan II tahun 2002.
4.1.3 Investasi
Investasi dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak
lain. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Pembiayaan yang diberikan terdiri dari pembiayaan
Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah.
Dari data tentang investasi Bank Umum Syariah pada Tabel 4 dapat
diketahui bahwa investasi tertinggi selama periode tahun 2001-2005 dimiliki oleh
Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 6.401.780 pada triwulan II tahun 2005.
Sedangkan investasi terendah juga dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu
sebesar 315.728 pada triwulan I tahun 2001.
Data tentang investasi yang ada pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Syariah Mandiri dari tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
47
Tabel 4. Investasi
No TW/Tahun Investasi Mean
BMI BSM
1 TW1.2001 989331 315728 652529.5
2 TW2.2001 1143794 507819 825806.5
3 TW3.2001 1220974 578914 899944
4 TW4.2001 1201276 653134 927205
5 TW1.2002 1206538 701342 953940
6 TW2.2002 1401328 916448 1158888
7 TW3.2002 1664890 1026607 1345748.5
8 TW4.2002 522023 1140982 831502.5
9 TW1.2003 553145 1236616 894880.5
10 TW2.2003 614749 1452874 1033811.5
11 TW3.2003 2156677 1602095 1879386
12 TW4.2003 836445 2470574 1653509.5
13 TW1.2004 1025619 2936092 1980855.5
14 TW2.2004 1520663 3920391 2720527
15 TW3.2004 1712628 5007108 3359868
16 TW4.2004 1974958 5295656 3635307
17 TW1.2005 2090549 6179853 4135201
18 TW2.2005 2443463 6401780 4422621.5
19 TW3.2005 2660283 6007823 4334053
20 TW4.2005 2678600 5847598 4263099
Tertinggi 6401780
Terendah 315728
Standar deviasi 0.78157
Sumber : Laporan Keuangan Triwulanan BMI dan BSM tahun 2001-2005
BMI dan BSM
4.1.4 Total Biaya
Total biaya merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Dari data tentang total biaya Bank Umum Syariah selama
periode tahun 2001-2005 pada Tabel 5, terlihat bahwa total biaya tertinggi
dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia yaitu sebesar 261.806 pada triwulan IV
tahun 2005. Sedangkan total biaya terendah juga dimiliki oleh Bank Mumalat
Indonesia pada triwulan I tahun 2001.
48
Data total biaya pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri dari tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Total Biaya
Total Biaya
No TW/Tahun BMI BSM Mean
1 TW1.2001 14142 42294 28218
2 TW2.2001 29521 29679 29600
3 TW3.2001 48244 47309 47776.5
4 TW4.2001 66687 67590 67138.5
5 TW1.2002 18932 19741 19336.5
6 TW2.2002 45212 43461 44336.5
7 TW3.2002 61930 67509 64719.5
8 TW4.2002 96967 93562 95264.5
9 TW1.2003 25315 30191 27753
10 TW2.2003 82402 53615 68008.5
11 TW3.2003 79572 95541 87556.5
12 TW4.2003 153342 144953 149147.5
13 TW1.2004 49513 50514 50013.5
14 TW2.2004 95900 95816 95858
15 TW3.2004 161020 156486 158753
16 TW4.2004 198551 217583 208067
17 TW1.2005 59204 67729 63466.5
18 TW2.2005 132127 149470 140798.5
19 TW3.2005 215843 238973 227408
20 TW4.2005 261806 245874 253840
Tertingi 261806
Terendah 14142
Standar Deviasi 0.80591
Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan tahun 2001-2005 BMI dan BSM
4.1.5 Analisis Efisiensi Biaya
Analisis efisiensi biaya dalam kajian penelitian ini dianalisis menggunakan
metode regresi berganda dengan variabel input harga tenaga kerja, harga modal
dan investasi serta kombinasinya sedangkan variabel outputnya adalah investasi.
Ringkasan perhitungan regresi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
49
Tabel 6. Estimasi Parameter Fungsi Biaya dengan Metode Regresi
Variabel
Estimasi
parameter t Sig
(constant) 3.616 0.144 0.887
Ln Y (σ) 1.835 1.161 0.873
Ln W1 (δ1) 4.857 4.045 0.000
Ln W2 (δ2) -1.677 -2.431 0.016
Ln W1W2 (θ) -1.806 -3.115 0.009
Ln W1Y (μ1) -0.517 -1.221 0.231
Ln W2Y (μ2) 1.238 3.459 0.005
F hitung = 8.720; pvalue = 0.000; R square = 0,613; DW = 1,942
Dari bantuan Tabel 6 di atas hasil estimasi parameter fungsi biaya
menggunakan regresi ganda dengan bantuan program SPSS diperoleh model
sebagai berikut :
Ln TC = 3.616 + ½ 1.835 ln Y + ½ 4.857 ln W1 + ½ -1.677 ln W2 + ½ -1.806 ln
W1 W2 – 0.517 Ln W1Y + 1.238 Ln W2Y
Berdasarkan hasil di atas, Untuk mengetahui besar persentase variasi
variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, maka dicari nilai
R2 . Dari Tabel 9 diperoleh nilai R2 sebesar 0,613. Koefisien ini menunjukkan
bahwa 61,3% variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Sedangkan sisanya sebesar 38,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diungkap dalam penelitian ini.
Pembuktian Hipotesis dilakukan sebagai berikut :
Dengan menggunakan analisis fungsi biaya, besarnya tingkat efisiensi
masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :
50
1. Harga Tenaga Kerja (W1)
Berdasakan hasil estimasi pada Tabel 6 parameter harga tenaga kerja
memiliki hubungan positif dengan total biaya yaitu sebesar 4.857 yang
berarti setiap terjadi perubahan satu satuan satuan tenaga kerja maka total
biaya akan naik sebesar 4.857%. Nilai parameter sebesar 4.857
menunujukkan harga tenaga kerja berada dalam level efisien karena ΣW1 =
1.
2. Harga Modal (W2)
Dari Tabel 6 diatas harga modal memiliki hubungan negatif dengan total
biaya yaitu sebesar -1.677 yang berarti setiap perubahan satu satuan harga
modal maka total biaya akan turun sebesar 1.677%. Nilai parameter sebesar
-1.677 menunjukkan bahwa harga modal tidak efisien karena bernilai
negatif dan berada di bawah level optimum atau kurang dari 1 atau 100%,
dimana ΣW2 = 0.
3. Investasi (Y)
Parameter investasi memiliki hubungan positif dengan total biaya yaitu
sebesar 1.835 yang berarti setiap satu satuan perubahan investasi maka total
biaya akan naik sebesar 1.835%. Nilai parameter sebesar 1.835 berada level
optimum atau menunjukkan investasi efisien, dimana ΣY = 1.
4. Kombinasi harga tenaga kerja dan harga modal (W1^W2)
Dari Tabel 6 diatas kombianasi W1^W2 memiliki hubungan negatif dengan
total biaya yaitu sebesar -1.806 yang berarti setiap perubahan satu satuan
kombinasi W1^W2 maka total biaya akan turun sebesar 1.806%. Nilai
51
parameter kombinasi W1^W2 sebesar -1.806 berada di bawah level optimum
atau kurang dari satu atau 100% (ΣW1W2 = 0) menunjukkan kombinasi
W1^W2 efisien.
5. Kombinasi harga tenaga kerja dan investasi (W1Y)
Parameter kombinasi harga tenaga kerja dan investasi memiliki hubungan
negatif dengan total biaya yaitu sebesar -0.517 yang berarti setiap
perubahan satu satuan kombinasi harga tenaga kerja dan investasi maka total
biaya akan turun sebesar 51.7%. Nilai parameter sebesar -0.517 berada di
bawah level optimum karena kurang dari 1 atau 100% (ΣW1Y = 0)
menunjukkan kombinasi W1Y tidak efisien.
6. Kombinasi harga modal dan investasi (W2^Y)
Parameter kombinasi harga modal dan investasi memiliki hubungan positif
dengan total biaya yaitu sebesar 1.238 yang berarti setiap perubahan satu
satuan kenaikan kombinasi harga modal dan investasi maka total biaya akan
naik sebesar 1.238%. Nilai parameter sebesar 1.238 menunjukkan
kombinasi W2Y efisien karena ΣW2Y = 1.
Pengujian untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap terhadap variabel dependen digunakan uji F dan uji
t.
1). Uji simultan (F)
Uji simultan (uji F) dilakikan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen yaitu harga tenaga kerja, harga modal, dan investasi
mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen yaitu total
52
biaya. Dalam uji ini apabila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat
ditolak pada derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen
secara serentak dan signifikan memepengaruhi variabel dependen
(Ghozali, 2005:84).
Tabel 7. ANOVA
ANOVAb
15.533 6 2.589 8.720 .000a
9.797 33 .297
25.330 39
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Predictors: (Constant), LN_W2Y, LN_W1, LN_Y, LN_W1W2, LN_
W2, LN_W1Y
a.
b. Dependent Variable: LN_TC
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.000 lebih
kecil dari 0.05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
siginifikan dari variabel independen terhadap varibel dependen, yang
berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen diterima.
2). Uji Parsial (t)
Uji parsial (uji t) digunakan untuk mngetahui pengaruh masingmasing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan perhitungan
menggunakan metode regresi maka pengujian koefisien regresinya adalah:
a) Pengaruh harga tenaga kerja terhadap total biaya.
53
Secara parsial hasil uji t pada Tabel 6 untuk harga tenaga kerja
diperoleh thitung sebesar 4.045 dengan probabilitas 0.000 0,05
yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh harga tenaga
kerja terhadap total biaya diterima.
b) Pengaruh harga modal terhadap total biaya.
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 6 diperoleh thitung sebesar -2.431
dengan probabilitas 0.016 0,05 yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh harga modal terhadap total biaya
diterima.
c) Pengaruh investasi terhadap total biaya
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 6 untuk investasi diperoleh
1.161 dengan probabilitas 0.873 0.05 yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh investasi terhadap total biaya ditolak.
d) Pengaruh kombinasi harga tenaga kerja dan harga modal terhadap
total biaya.
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 6 diperoleh thitung sebesar -3.115
dengan probabilitas 0.009 0,05 yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh kombinasi harga tenaga kerja dan harga
modal terhadap total biaya diterima.
e) Pengaruh kombinasi harga tenaga kerja dan investasi terhadap total
biaya.
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 6 diperoleh thitung sebesar -1.221
dengan probabilitas 0.231 0,05 yang berarti hipotesis yang
54
menyatakan ada pengaruh kombinasi harga tenaga kerja dengan
investasi terhadap total biaya ditolak.
f) Pengaruh kombinasi harga modal dan investasi terhadap total
biaya.
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 6 diperoleh thitung sebesar 3.459
dengan probabilitas 0.005 0,05 yang berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh kombinasi harga modal dengan investasi
terhadap total biaya diterima.
4.1.6 Analisis Ekonometri
Sebelum dilakukan analisis efisiensi biaya dengan uji regresi berganda,
sebelumnya melakukan analisis ekonometri data yang akan diujikan. Untuk
menetahui apakah model yang dihasilkan memenuhi syarat Best Linear Unbias
Estimator / BLUE dalam menganalisa penelitian ini, maka digunakan uji asumsi
klasik.
a) Uji Normalitas Residual
Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah
dalam model statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau
tidak normal. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat grafik Normal P Plot
of Regression Statistic. Bila titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, berarti model regresi telah memenuhi asumsi
55
normalitas (Ghozali, 2002). Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2 Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas).
Normal P-P Plot of Regression Stand
Dependent Variable: LN_TC
Observed Cum Prob
0.00 .25 .50 .75 1.00
Expected Cum Prob
1.00
.75
.50
.25
0.00
Gambar 2. Grafik normal P-Plot
Dari grafik normal P-Plot tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan
hasil diatas, maka data dalam penelitian ini berdistribusi secara normal dan
mememenuhi uji normalitas data.
Untuk menguji apakah residual terdistribusi secara normal dapat juga
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
56
Tabel 8. Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40
.0000000
.50119793
.140
.140
-.128
.886
.412
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 8 di atas, nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.886
dan tidak signifikan pada 0,05 (karena p = 0,412 dari 0,05). Jadi kita tidak
dapat menolak Ho yang menyatakan bahwa residual terdistribusi secara
normal atau dengan kata lain residual berdistribusi normal.
b) Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya
multikolonieritas dapat dilakukan dengan mencari besarnya Variance
Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerancenya. Jika nilai VIF kurang dari 10
dan nilai tolerancenya lebih dari 0.10 maka model regresi bebas dari
multikolonieritas. Dari Tabel 9 didapat angka tolerance untuk masingmasing
variabel yaitu Investasi sebesar 0.187; harga tenaga kerja sebesar
0.143; harga modal sebesar 0.185; kombinasi harga tenaga kerja dan harga
modal sebesar 0.954; kombinasi harga tenaga kerja dan investasi sebesar
57
0.549; serta kombinasi harga modal dan investasi sebesar 0.412. Angkaangka
tersebut berada diatas 0.10 maka pada penelitian ini tidak terjadi
multikolonieritas. Angka pada VIP juga berada di bawah 10 yang
menunjukkan tidak terjadi multikolonieritas.
Tabel 9. Colliniearity Statistic
Statistic Collinearity
Keterangan Tolerance VIF
Investasi (Y) 0.187 5.350
Harga tenaga Kerja (W1) 0.143 6.993
Harga Modal (W2) 0.185 5.405
Kombinasi harga tenaga kerja dan harga
modal (W1W2) 0.954 1.050
Kombinasi harga tenaga kerja dan
investasi (W1Y) 0.549 1.821
Kombinasi harga modal dan investasi (W2Y) 0.412 2.421
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dengan cara melihat grafik Scatterplot. Berdasarkan Gambar 3, maka dapat
diasumsikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini berdasarkan
gambar grafik dimana titik-titik yang ada dalam grafik tersebut tidak
membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut tersebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.
58
Scatterplot
Dependent Variable: LNTC
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Gambar 3. Grafik Heteroskedastisitas
d) Uji Autolorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (Uji Dw). Oleh karena nilai DW
1.942 lebih besar dari batas atas (du) 1.854 dan kurang dari 4 – 1.854 (4 –
du), maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak terdapat autokorelasi.
59
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis mengenai tingkat efisiensi biaya di atas, secara
simultan variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Hasil
regresi dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% menunjukkan hasil Rsquare
= 0.613 ; F = 8.720 ; signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan
kesimpulan bahwa variabel independen (harga tenaga kerja, harga modal,
investasi serta kombinasinya) berpengaruh terhadap variabel dependen (total
biaya).
Harga tenaga kerja diukur dari total biaya tenaga kerja dibagi total aset.
Hal ini untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan aset dalam perusahaan
untuk kegiatan operasional bank. Nilai parameter harga tenaga kerja bernilai
positif yaitu sebesar 4.857 yang menunjukkan bahwa dalam kegiatan operasional
bank efisien karena berada pada level optimum, dimana Σ W1 = 1. Nilai
parameter harga tenaga kerja bernilai positif yang berarti setiap terjadi perubahan
satu satuan pada harga tenaga kerja maka total biaya akan naik sebesar 4.857%.
Dari hasil uji parsial dari Tabel 9, harga tenaga kerja berpengaruh terhadap total
biaya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari α = 0.05
yaitu sebesar 0.000. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan harga tenaga kerja
berpengaruh terhadap total biaya diterima. Berpengaruhnya harga tenaga kerja
terhadap total biaya dikarenakan dengan adanya penambahan asset menyebabkan
bank melakukan peningkatan produksinya melalui penambahan tenaga kerja
untuk menunjang kegiatan operasional bank dalam peningkatan hasil produksi,
maka dengan semakin besar melakukan kegiatan ekspansi yang otomatis akan
60
membutuhkan tambahan biaya operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Siswadi
dan Arafat, 2004) yang menyatakan bahwa semakin besarnya aset maka bank
lebih leluasa untuk melakukan peningkatan produksinya dibandingkan bila
memiliki aset yang kecil. Dikatakan pula bahwa bank dapat lebih efisien dari segi
biaya bila bank dapat melakukan penambahan aset.
Harga modal diukur dari total biaya zakat (wealth tax) dibagi dengan total
modal (price of capital). Nilai parameter sebesar -6.714 menunjukkan bank tidak
efisien karena kurang dari 1 atau 100%, dimana ΣW2 = 0. Nilai parameter harga
modal memiliki hubungan negatif dengan total biaya yang berarti setiap terjadi
perubahan satu satuan pada harga modal maka total biaya akan turun sebesar
6.714%. dari hasil uji parsial pada Tabel 9, harga modal berpengaruh terhadap
total biaya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari α =
0.05 yaitu sebesar 0.016. Berpengaruhnya harga modal terhadap total biaya
dikarenakan semakin besar modal yang digunakan untuk kegiatan investasi maka
semakin besar laba yang dihasilkan. Dengan semakin besarnya laba maka biaya
zakat yang dikeluarkan akan semakin besar pula. Dalam konteks akuntansi
syariah, laba harus bisa digunakan untuk menilai efisiensi atas kegiatan investasi
perusahaan. Efisiensi perusahaan juga akan menunjukkan kinerja usaha
perusahaan. Harga modal yang tidak efisien karena tidak berada dalam level
optimum yaitu kurang dari 1 atau 100% jelas tidak sesuai dengan konteks
akuntansi syariah dimana zakat merupakan tujuan akhir perusahaan. Sehingga
apabila perusahaan menetapkan sasaran untuk memaksimalkan laba maka
perusahaan itu sendiri akan berupaya untuk melakukan efisiensi sebagai salah satu
61
bentuk pertanggungjawaban baik kepada pemilik maupun kepada Allah SWT
(Triyuwono dan As’udi, 2004 : 88). Dimana menurut Triyuwono, melalui zakat
dapat diketahui kinerja perusahaan. Yaitu semakin tinggi zakat yang dikeluarkan
oleh perusahaan berarti semakin besar laba yang didapat perusahaan (Muhammad;
141, 2002).
Investasi dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak
lain. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Dalam penelitian ini pembiayaan yang diberikan berupa
pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Investasi telah mencapai efisiensi
dengan nilai parameter sebesar 1.835 berada pada level optimum, dimana ΣY = 1.
Investasi memiliki hubungan positif dengan total biaya yang berarti setiap terjadi
perubahan satu satuan pada investasi maka total biaya akan naik sebesar 1.835%.
Hasil uji parsial pada Tabel 9, investasi tidak berpengaruh terhadap total biaya.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari α = 0.05 yaitu
sebesar 0.873. Semakin besarnya investasi berupa pembiayaan mudharabah dan
musyarakah yang disalurkan maka akan semakin besar pula penghasilan (bagi
hasil) yang diperoleh dari pembiayaan tersebut, dengan demikian akan semakin
efisien investasi tersebut, dimana efisiensi tersebut akan tercermin dalam tingkat
pengembalian atas investasi. Sesuai dengan Muhamad (2000:238), semakin besar
investasi maka akan semakin besar pula pendapatan (bagi hasil) yang diperoleh
dari pembiayaan yang disalurkan.
62
Dari Tabel 9., nilai parameter kombinasi harga tenaga kerja dengan harga
modal sebesar -1.806, menunjukkan kombinasi harga tenaga kerja dan harga
modal tidak efisien, dimana ΣW1W2 = 0. Parameter kombinasi harga tenaga kerja
dan harga modal memiliki hubungan negatif dengan total biaya yang berarti setiap
perubahan satu satuan pada kombinasi harga tenaga kerja dan harga modal, maka
total biaya akan turun sebesar 1.806%. Dari hasil uji parsial pada Tabel 9,
kombinasi harga tenaga kerja dan harga modal berpengaruh terhadap total biaya.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signufikansi yang lebih kecil dari 0.05 yaitu
sebesar 0.009.
Nilai parameter kombinasi harga tenaga kerja dan investasi pada Tabel 9.
sebesar -0.517, menunjukkan kombinasi harga tenaga kerja dan investasi tidak
efisien karena berada dibawah level optimum (kurang dari 1 atau 100%), dimana
ΣW1Y = 0. Nilai parameter kombinasi harga tenaga kerja dan investasi memiliki
hubungan negatif dengan total biaya yang berarti setiap perubahan satu satuan
pada kombinasi harga tenaga kerja dan investasi, maka total biaya akan turun
sebesar 51.7%. Dari hasil uji parsial pada Tabel 9, kombinasi harga tenaga kerja
dan investasi tidak berpengaruh terhadap total biaya. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.231.
Nilai parameter kombinasi harga modal dan investasi pada Tabel 9 sebesar
1.238, menunjukkan kombinasi harga modal dan investasi sudah efisien (Σ W2Y =
1). Nilai parameter kombinasi harga modal dan investasi memiliki hubungan
positif dengan total biaya yang berarti setiap perubahan satu satuan pada
kombinasi harga modal dan investasi, maka total biaya akan naik sebesar 1.238%.
63
Dari hasil uji parsial pada Tabel 9, kombinasi harga modal dan investasi
berpengaruh terhadap total biaya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
yang lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.005.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini,
maka simpulan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengukuran X-Efisiensi dengan pendekatan cost frontier dapat
diterima dalam melakukan analisis efisiensi biaya pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. Dari 6 parameter yang diukur terdapat 4
parameter yang signifikan dan menunjukkan bahwa 61,3% variasi
biaya disebabkan karena variasi variabel independen.
2. Bahwa harga tenaga kerja, investasi, kombinasi harga tenaga kerja
dengan harga modal, dan kombinasi harga modal dengan investasi
telah efisien. Sedangkan harga modal dan kombinasi harga tenaga
kerja dengan investasi belum efisien.
3. Bahwa secara simultan harga tenaga kerja, harga modal, investasi,
serta kombinasinya berpengaruh terhadap total biaya. Artinya, jika
harga tenaga kerja, harga modal, investasi serta kombinasinya
mengalami kenaikan satu-satuan, maka total biaya juga akan
mengalami kenaikan sebesar satu-satuan. Sebaliknya, jika harga tenaga
kerja, harga modal, investasi serta kombinasinya mengalami
penurunan aebesar satu-satuan, maka total biaya juga akan mengalami
penurunan sebesar satu-satuan.
65
4. Secara parsial harga tenaga kerja, harga modal, kombinasi harga modal
dengan harga tenaga kerja, dan kombinasi harga modal dengan
investasi berpengaruh secara signifikan terhadap total biaya.
Sedangkan investasi dan kombinasi harga tenaga kerja dengan
investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap total biaya.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian
yang telah dilakukan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan
cost frontier ternyata efisiensi biaya dipengaruhi oleh faktor
penggunaan input. Oleh karenanya, bank harus memperhatikan alokasi
penggunaan input karena terbukti mempunyai dampak yang signikan
dalam kegiatan operasional bank.
2. Bagi investor muslim harus mempertimbangkan kemampuan
perusahaan dalam membayar zakat. Suatu organisasi bisnis Islami
berorientasikan pada zakat, bukan lagi pada orientasi laba. Sebab
melalui zakat dapat diketahui kinerja perusahaan. Mengingat zakat
merupakan refleksi dari tingkat laba yang diharapkan. Selain itu zakat
sebagai manifestasi pertanggungjawaban hamba yang melakukan
perbuatan, aktivitas bisnis yang kemudian dipertanggungjawabkan
kepada Allah SWT.
66
3. Bagi peneliti lebih lanjut disarankan untuk menambah sampel,
memperpanjang periode pengamatan serta menambah variabel bebas
lain, misal : total deposito, pendapatan operasional lain, dll yang dapat
memberikan jawaban yang lebih akurat. Disamping itu juga
memperluas bahasan baik dari ruang lingkup penelitian maupun aspek
pembahasan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal Amir. 2004. X-Efficiency of Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) : A
Premilinary Study. Journal Economics and Finance in Indonesia. Vol 52
(1) page 17-30.
Arafat, Wilson dan Erwinta Siswadi. 2004. Analisis Struktur Biaya dan Kinerja
Opersional bank Umum di Indonesia. Jurnal ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 19 No. 2, 2004, 163-175.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Bank Indonesia. 2005. Statistik Perbankan Indonesia. Vol. 3, NO. 10, September
2005.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro : semarang.
Hanafi, M.Mamduh. 2003. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : YKPN
Yogya.
Hassan, M.Kabir. 2003. Cost, Profit and X-Efficiency of Islamic Banks in
Pakistan, Iran, and Sudan. International Seminar on Islamic Banking Risk
Management, regulation and Supervision Jakarta, Indonesia. September 30
0ctober 2003.
Huri, Mumu Daman dan Indah Susilowati. 2004. Pengukuran Efisiensi Relatif
emiten Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1 No. 2 / Desember 2004 : 95-110.
Iswardono, S Permono. 2000. Analisis Efisiensi Industri Perbankan di Indonesia
(Studi Kasus Bank-bank Devisa di Indonesia tahun 1991-1996). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 15, No. 1, 1-3.
Johnson, Wijaya. 2003. Analisis Model Efektivitas dan Efisiensi Manajemen
distributor. Jurnal sains Pemasaran Indonesia, Vol. 11 No. 2 September
2003.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : BPFE Yogya.
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
68
__________. 2002. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta : Salemba empat
Rifai, Moh. 2002. Konsep Perbankan Syariah. Semarang : Wicaksana.
Triyuwono, Iwan dan Moh As’udi. 2004. Akuntansi Syariah (Memformulasikan
Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat). Jakarta : Salemba Empat.
Yudistira, Donsyah. Juni 2003. Efficiency in Islamic Banking : an Empirical
Analysis of 18 banks. Proceeding of Islamic Conference on Islamic
Banking : Jakarta
WWW. Bank Indonesia. go. id.
WWW. Muamalat Bank. Com
WWW. Syariah Mandiri. Co. id.

No comments:

Post a Comment